Kepak Pegasus Menyasar Indonesia
Di Indonesia, serangan Pegasus ditengarai menyasar 12 pejabat teras pemerintah dan militer. Alat sadap juga diduga kerap disalahgunakan untuk membungkam masyarakat sipil. Tim Indonesialeaks menelusuri bagaimana peralatan sadap diimpor. Seorang narasumber mendemonstrasikan cara menyedot data dari telepon genggam target.
Kolaborasi global Amnesty Internastional, dan sejumlah lembaga mendeteksi penyalahgunaan alat tersebut di banyak negara. Mereka mendapatkan akses ke lebih dari 50 ribu nomor telepon yang jadi target penyadapan ilegal. “Ada ribuan korban di seluruh dunia. Termasuk Indonesia,” ujar Irene Poetranto, peneliti CitizenLab, asal Indonesia.
Ketua Umum Partai Golkar yang kini menjabat Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Airlangga Hartanto, masuk dalam daftar tersebut. Juru bicara Kementerian Perekonomian, Alia Karenina, mengatakan Menteri Airlangga tak sempat memonitor notifikasi Apple. “Bapak menggunakan beberapa handphone untuk keperluan berbeda, tidak hanya iPhone. Itupun sudah beberapa kali berganti,” ujarnya.
Airlangga dan nama-nama yang terindikasi jadi target sasaran enggan menyerahkan telepon mereka untuk keperluan pemeriksaan forensik. Keengganan serupa dialami CitizenLab ketika hendak menguji perangkat telepon sejumlah korban penyadapan di Thailand. Banyak yang tak ingin terpublikasi sebagai korban. “Tapi ada juga yang bersedia kami periksa, meski tak ingin nama mereka dipublikasikan,” kata Irene.
Dewan Perwakilan Rakyat menyadari problem di balik penggunaan alat tersebut. Anggota Komisi Hukum DPR RI, Arsul Sani, menilai Indonesia belum memiliki aturan yang jelas yang menjamin akuntabilitas penggunaan alat sadap. Dalam banyak perkara, konten yang terkait dengan tujuan penyadapan hanya 5 persen. Sisanya percakapan privat. “Kami akan usulkan kembali pembahasan RUU Penyadapan tahun depan,” ujarnya.
Menurut Arsul, RUU Penyadapan tak hanya mengatur kewenangan untuk penegakan hukum. Penyalahgunaan alat di luar kepentingan hukum wajib diatur dalam sanksi pidana. Ia mengundang praktisi teknologi dan banyak kalangan lain memberikan masukan kepada DPR. “Bayangkan bagaimana jadinya jika aktivitas kita di kamar jadi objek penyadapan? Makanya harus ada ketentuan pidana,” katanya.
Sumber dari konsorsium Indonesialeaks yang terdiri dari majalah Tempo, Koran Tempo, Tempo.co, Jaring.id, Suara.com, Independen.id, dan Bisnis.com.
POSEIDON dan Medusa punya seorang putra. Perawakannya menyerupai kuda, bersayap, dan bertubuh manusia. Anak di luar nikah itu lalu diberi nama Pegasus. Ia dewa berkarakter seperti iblis, namun membantu ksatria dalam cerita Yunani kuno. Entah terinspirasi oleh kisah tersebut, pada zaman modern, perusahaan asal Israel, NSO Group, memberikan nama Pegasus pada teknologi alat sadapnya.